Anggota Komisi VII DPR Satya W. Yudha mengatakan, mafia BBM skala besar memang sulit dibuktikan. Tapi mafia ini tetap ada, pasalnya yang skala kecil saja banyak dan nyata ada, apalagi yang skala besar.
"Susah-susah buktikan, yang kecil saja banyak. Contoh ada SPBU yang kosong premiumnya, tapi jalan beberapa meter dari SPBU tersebut sudah banyak penjual BBM eceran pakai botol dengan harga Rp 7.000 per liter," ujar Satya ketika dihubungi, Selasa (18/9/2012).
Satya bilang, menjadi pertanyaan bagaimana para pedagang eceran ini mendapatkan BBM subsidi. Menurutnya, bisa dia bekerjasama dengan SPBU dengan mengisi pakai drum atau jeriken, atau memodifikasi tangki kendaraannya, atau bolak-balik isi mengantre di SPBU.
"Yang seperti itu kan sudah merupakan penyalahgunaan BBM subsidi, tapi bisa ditindak? Sulit, kecil apalagi yang besar," ujarnya.
Contoh lainnya, kata Satya, beberapa waktu lalu ada daerah (Kalimantan) yang meminta tambahan BBM subsidi terutama untuk solar, padahal pertumbuhan kendaraannya sedikit, namun pertumbuhan industrinya meningkat tinggi.
"Tidak perlu konsultan hebat untuk mengetahui ke mana larinya dan untuk apa permintaan tambahan BBM subsidi tersebut," ucapnya.
Dikatakan Satya, daripada memusingkan untuk membuktikan mafia-mafia BBM subsidi tersebut, lebih baik mengatasi masalah dari akarnya. Masalahnya apalagi kalau bukan disparitas harga antara BBM subsidi dan non subsidi yang terlampau lebar.
"Jika disparitas harganya makin dikecilkan sehingga tidak terlalu menguntungkan lagi untuk dicuri, diselundupkan atau apapun itu, mafia-mafia seperti ini juga lama-lama hilang sendirinya," cetus Satya.
Menurut laporan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas), seringkali terjadi penyelundupan BBM subsidi yang jumlahnya lumayan. Terakhir, ada sekitar 1.700 KL BBM subsidi diduga yang diselundupkan di Kalimantan. Bahkan ada juga oknum aparat keamanan yang juga membekingi BBM subsidi untuk diselundupkan ke industri.
Bahkan Menteri ESDM Jero Wacik mengakui, selama ini penyelundupan BBM subsidi makin banyak karena harga BBM subsidi yang terlalu murah yaitu Rp 4.500 per liter dibandingkan BBM non subsidi sekitar Rp 9.700 per liter.
Jero Wacik tak menampik adanya penyelundupan BBM subsidi. Bahkan menurut Jero, aksi penyelundupan BBM subsidi makin banyak walaupun sudah banyak yang tertangkap. Hal ini salah satunya disebabkan oleh makin lebarnya perbedaan harga antara BBM subsidi dengan BBM non subsidi.
"Kita sudah tangkap mereka, tapi yang menyelundup makin banyak lagi, semakin banyak akal-akalan mereka", kata Jero.
(rrd/dnl)
18 Sep, 2012
-
Source: http://detik.feedsportal.com/c/33613/f/590259/s/238c2cd4/l/0Lfinance0Bdetik0N0Cread0C20A120C0A90C180C1835480C20A249440C10A340Cmafia0Ebbm0Eberkeliaran0Edi0Edepan0Emata0Eini0Ebuktinya/story01.htm
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com
Anda sedang membaca artikel tentang
Mafia BBM Berkeliaran di Depan Mata, Ini Buktinya
Dengan url
http://mobile-sulition.blogspot.com/2012/09/mafia-bbm-berkeliaran-di-depan-mata-ini.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Mafia BBM Berkeliaran di Depan Mata, Ini Buktinya
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Mafia BBM Berkeliaran di Depan Mata, Ini Buktinya
sebagai sumbernya
0 komentar:
Post a Comment