SEOUL, KOMPAS.com -- Tenaga Kerja Indonesia (TKI) banyak dipercakapkan sebagai pahlawan devisa dengan gegap gempita. Akan tetapi nasib sebagian di antara mereka yang getir, jarang dibahas dengan bersemangat. Padahal sebagian kecil di antara mereka meregang nyawa demi mendapat upah, diperlakukan tidak pantas, diperas tenaganya, dihukum berat karena membela diri dan sebagainya.
Sebagian besar TKI yang mendapat perlakuan buruk karena tidak mendapat bekal yang baik di Tanah Air, tidak memegang kontrak yang jelas, tidak memegang dokumen legal yang komplit, tidak kembali ke Tanah Air meski visa dan kontrak telah habis masanya. Akibatnya, ia bekerja serabutan, termasuk di rumah majikan yang memberinya upah murah.
Salah seorang Direktur PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, Sulaeman Arief menyatakan, BRI hendak mengambil peran untuk membantu TKI keluar dari kesulitan dan agar ketika mereka pulang ke Tanah Air, dengan kebanggaan karena mempunyai pengalaman dan simpanan cukup.
Sulaeman yang ditemui di Seoul, Korea Selatan, pekan lalu didampingi Corporate Secretary Muhammad Ali menyatakan, BRI menyiapkan sejumlah langkah yang layak.
Pertama, merancang jalan legal bagi para TKI agar keberadaan para TKI di luar negeri selalu legal. Ini penting sebab nasib TKI ilegal, selalu terancam. Ia pun menjadi korban pemerasan majikan yang memanfaatkan posisinya sebagai TKI ilegal yang nota bene tidak berdaya dan tidak berdaya tawar tinggi. TKI ilegal juga pada gilirannya membuat negara penerima TKI mengurangi kuota TKI.
Kedua, TKI selalu dibekali kontrak kerja, tugas dan majikan yang jelas. Gaji jelas, demikian pula jenis pekerjaan yang akan dikerjakan harus jelas. Dengan demikian BRI sebagai bank yang dekat dengan rakyat, dapat menyelenggarakan pelatihan TKI dengan tujuan dan sasaran yang jelas. TKI yang bekerja sebagai tukang las, misalnya, akan dilatih menjadi tukang las yang hebat. TKI yang akan bekerja sebagai tukang renovasi rumah, akan dilatih optimal agar menjadi tukang yang berkemampuan sangat tinggi. Mereka diberi kursus bahasa Inggris secukupnya agar agak mengerti bahasa Inggris.
Ketiga, BRI bekerja sama dengan bank tempat TKI ditempatkan. Sebutlah penempatan TKI itu di Korea Selatan. BRI bekerja sama dengan IBK (Industrial Bank of Korea), bank yang seperti BRI bergerak di bidang UMKM. Kepada TKI, BRI mengajak membuka rekening di BRI, di kampung halaman si TKI. Ia dibukakan pula rekening di IBK.
Dengan cara ini, TKI memiliki dua rekening. Di Korea Selatan dan di BRI. Begitu gajian, majikan mengirim uang ke rekening di kampung TKI dan di IBK. Uang dikirim ke IBK agar TKI bisa gunakan selama di Korea. Adapun lebih 65 persen dari gajinya dikirim ke kampung halaman TKI agar ia dapat mengangsur pinjamannya di BRI ( untuk pelatihan, keberangkatan dan sebagainya). Sebagian lagi uangnya untuk disimpan di bank sebagai tabungan. Tabungan inilah yang akan terus bertambah siginifikan dari bulan ke bulan. Tahun ke tahun. Dan agar terdapat transparansi, TKI dapat mengakses rekeningnya di BRI, agar ia tahu uangnya sudah mencapai berapa rupiah.
Ketika kontrakTKI selesai dan ia harus pulang ke Indonesia mengambil jeda untuk kerja kembali, si TKI sudah mempunyai simpanan yang cukup. Ia bisa berwiraswasta atau bekerja lagi kalau ia masih kuat bekerja.
Keempat, dengan cara ini, TKI tidak pulang miskin. Di negeri rantau ia bisa hidup lumayan baik, dan ketika kembali ke Tanah Air, ia pun harus mempunyai hidup yang baik karena mempunyai tabungan besar dan pengalaman besar. Ia tidak perlu miskin ketika pulang.
Anda sedang membaca artikel tentang
Inilah Jalan Elegan TKI
Dengan url
http://mobile-sulition.blogspot.com/2013/03/inilah-jalan-elegan-tki.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Inilah Jalan Elegan TKI
namun jangan lupa untuk meletakkan link
sebagai sumbernya
0 komentar:
Post a Comment