KOMPAS.com - Siapa sangka dari barang bekas bisa mendatangkan keuntungan. Dari ketekunannya mengumpulkan berbagai jenis barang bekas, Riki Toreh, warga Jalan Venus, Kota Pematangsiantar berhasil menyulapnya menjadi gunung uang.
Ia mendaur ulang semua barang bekas itu menjadi bernilai jual. Itulah yang ditekuni pria berdarah Manado ini sejak sembilan tahun lalu. Industri rumah tangga ini diberi nama Limbah Karya Mandiri oleh Riki.
Ide mengolah barang bekas itu dimulai sejak 2004. Jelang Natal, Riki dan ayahnya Zulkarnain Toreh berniat menjual terompet dari kemasan air mineral bekas.
"Pertama kali jualan dulu di depan Lapangan Adam Malik Siantar, kami buat 200 terompet harganya Rp 7.500. Sehari cuma satu orang yang beli, itupun sudah senang kali," kenang Riki.
Tahun-tahun berikutnya, terompet dari barang bekas terus dimodifikasi. Adalah sang ayah, Zul Toreh yang menjadi kreatornya. Idenya sering datang tiba-tiba dan tidak menyontek dari karya orang lain.
Setelah terompet dari barang bekas laris manis, Pensiunan dini TNI ini mencoba membuat produk lain, seperti pernak-pernik untuk Natal. Pohon natal, hiasan dinding dan lain sebagainya berhasil dibuat dan dijajakan di pinggir jalan Sutomo Siantar menggunakan mobil pick up oleh putra satu-satunya, Riki Toreh. Produk barang bekas mereka ternyata diminati. Pada 2010 omzet mereka menembus angka Rp 70 juta.
Setelah berhasil di produk Natal, Riki mencoba menjajal pernak-pernik Lebaran. Seperti membuat hiasan ketupat, bedug, hiasan dinding, terompet gajah, dan lain sebagainya dari barang-barang bekas.
Hasilnya di luar dugaan Riki. Produk mereka, terutama bedug dari ukuran kecil sampai ekstra besar, sangat diminati. Pembelian membludak, produksi 500 pernak-pernik habis terjual, malah kurang. Karena permintaan dari Medan datang terus meski barang sudah habis.
Tahun ini, bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri sudah dekat, tinggal 3 bulan lagi. Kediaman keluarga Toreh, pun sudah dipenuhi pernak pernik Lebaran.
"Tahun lalu kita hanya produksi 500 pernak-pernik, tahun ini kita buat lima kali lipat, sekitar 2.500 sampai 3.000 pernak-pernik dengan 30 variasi pernak-pernik," jelas Riki.
Di balik semua persiapannya menyambut lebaran, Riki menyimpan asa meraih omzet lima kali lipat dari tahun lalu.
"Tahun lalu omzet sekitar Rp 50 juta, artinya tahun ini kami menargetkan Rp 250 juta makanya persiapan sejak Februari lalu sudah kami lakukan. Mudah-mudahan targetnya tercapai," ungkap pria berusia 26 tahun itu.
Untuk mencapai target, tahun ini barang-barang tersebut tak hanya dijual ke Medan, tetapi juga ke Aceh dan Bogor. Hanya 15 persen yang akan di jual di Kota Pematangsiantar. Ia pun kini sudah mempekerjakan dua orang untuk membantu membuat pernak-pernik. Serta dibantu pamannya Asril untuk urusan pemasaran.
Riki mengaku tak pernah membayangkan usahanya, yang mulanya menjual terompet dari barang bekas, bisa berkembang seperti ini.
"Saya nggak pernah membayangkan usaha saya dan ayah saya ini bisa sebesar ini. Intinya kami hanya kerja keras dan berprinsip semua barang bekas itu bisa diolah menjadi berguna," jelas Riki. (Arifin Al Alamudi)
Editor :
Erlangga Djumena
Anda sedang membaca artikel tentang
Dari Barang Bekas, Riki Raup Omzet Rp 70 Juta
Dengan url
http://mobile-sulition.blogspot.com/2013/05/dari-barang-bekas-riki-raup-omzet-rp-70.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Dari Barang Bekas, Riki Raup Omzet Rp 70 Juta
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Dari Barang Bekas, Riki Raup Omzet Rp 70 Juta
sebagai sumbernya
0 komentar:
Post a Comment