Mat Goceng, Permainan Kartu Lokal Pesaing Monopoli

Written By Unknown on Wednesday, November 13, 2013 | 2:13 PM


Bandung - Kenal UNO, Yugi-Oh, Magic The Gathering, dan Monopoly Deal? Jika tidak, semua nama yang disebut tadi adalah jenis permainan kartu yang dikenal umum di Indonesia.


Satu kesamaannya, keempat permainan kartu tadi menyenangkan namun merupakan produk luar negeri. Sangat sedikit permainan kartu yang asli Indonesia, dalam arti tak hanya produksinya namun juga pencipta permainannya. Baru-baru ini dirilis satu permainan kartu asli Indonesia di tengah himpitan segala jenis permainan konvensional maupun digital asal luar negeri, Mat Goceng namanya.


Permainan kartu yang dirilis oleh penerbit lokal asal Bandung, Manikmaya Games, ini mengusung tema Batavia era kolonial Belanda tahun 1922. Tokoh utamanya adalah Mat Goceng, seorang jawara yang dicap sebagai Vrijeman (preman) karena enggan mengikuti segala aturan yang ditetapkan pemerintah kolonial Belanda. Di samping itu ada karakter-karakter lain yang ikut meramaikan: Nyi Kencleng, Baba Amsyong, Wan Fulus, Bang Codet, dan Rijkaard Cere.


Dalam Mat Goceng tiap pemain akan mendapatkan kartu karakter yang harus dirahasiakan dari pemain lain, dan mereka harus bisa mencapai objektif dari karakter yang diperoleh untuk memenangkan permainan.


Sebagai gambaran, Mat Goceng bertugas melindungi Nyi Kencleng yang diincar Rijkaard Cere, Bang Codet mengincar Mat Goceng, sedangkan Wan Fulus harus mengumpulkan sebanyak mungkin uang.


Kemampuan menganalisa dan mendeduksi siapa karakter pemain lawan menjadi elemen yang sangat vital dalam permainan. Terlebih lagi bagaimana cara berkomunikasi secara verbal dengan pemain lain untuk meminta ataupun menawarkan bantuan juga sangatlah penting.


Melalui surat elektronik kepada Beritasatu.com, sang desainer permainan, Brendan Satria Atmawidjaya, mengaku terinspirasi oleh salah satu lagu band favoritnya, Sore Band yang berjudul Vrijeman. Ia juga berkeinginan membuat permainan kartu yang mengusung konten lokal, khususnya Betawi karena ia sendiri orang Betawi asli, dan sangat jarang ada permainan yang mengangkat tema budaya Betawi.


"Istilahnya, kalau Jepang punya rounin, kita juga punya vrijeman yang nggak kalah seru untuk diangkat jadi sebuah tema game. Berangkat dari situlah tercetuslah ide ngebuat game dengan tema tentang vrijeman dan jawara silat Betawi," ujar Brendan yang kini bekerja sebagai Lead Designer di Kummara, dalam surelnya.


Proses pengembangan permainan kartu Mat Goceng memakan waktu hingga 1,5 tahun. Yang paling lama adalah proses menemukan inti dan mekanisme permainan yang cocok dan juga penyeimbangan permainan.


Untuk bisa menjadi sebuah permainan yang siap rilis sekarang ini, Mat Goceng butuh lebih dari 30 kali uji bermain, revisi sistem permainan tujuh kali, dan melibatkan lebih dari 100 orang yang menguji permainan. Bahkan pada uji bermain yang pertama kali, hanya digunakan sobekan kertas yang ditulisi nama karakter dan sejumlah uang koin, kenang Brendan.


Mat Goceng dan kawan-kawan yang digambar oleh Rezza Rainaldy pun mengalami beberapa kali perombakan desain. Misalnya Rijkaard Cere yang semula digambarkan mengisap rokok, diubah menjadi seorang tentara kompeni yang non-perokok.


Agar akurat, Brendan juga melakukan beberapa kali riset kepada budayawan dan sejarahwan Betawi, studi literatur.


Lalu mengapa Brendan memilih kartu sebagai media permainan, bukan digital yang lebih populer?


" Potensi board game dan card game sebenarnya tidak kalah besar dibandingkan digital game, pertumbuhan board game dan card game di pasar internasional selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dengan card game gue juga mencoba menawarkan alternatif yang bisa dibilang baru dan fresh untuk para gamer di Indonesia," kata pria yang gemar bermain gitar ini.


Namun ia tak menutup kemungkinan suatu saat nanti Mat Goceng juga akan hadir dalam format digital.


Satu buah permainan kartu Mat Goceng dibanderol seharga Rp 96.000 oleh Manikmaya Games. Dari angka produksi awal sejumlah 1000, Brendan memasang target 400 buah Mat Goceng bisa terjual hingga akhir tahun.


Mat Goceng didesain untuk dimainkan tiga sampai enam pemain, dengan usia mulai dari 10 tahun. Lama permainan kurang lebih 20 menit, cocok untuk sekedar mengisi waktu luang.


Anda sedang membaca artikel tentang

Mat Goceng, Permainan Kartu Lokal Pesaing Monopoli

Dengan url

http://mobile-sulition.blogspot.com/2013/11/mat-goceng-permainan-kartu-lokal.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Mat Goceng, Permainan Kartu Lokal Pesaing Monopoli

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Mat Goceng, Permainan Kartu Lokal Pesaing Monopoli

sebagai sumbernya

0 komentar:

Post a Comment

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger