KOMPAS.com — Valentino Rossi langsung mengacungkan jempol dan mengulurkan tangan kirinya untuk memberikan ucapan selamat, ketika Marc Marquez memenangi GP Austin di Circuit of the Americas, Minggu (21/4/2013) waktu setempat. "The Doctor" tampaknya ikut bangga dengan kesuksesan "Si Bocah Ajaib" yang tak perlu waktu lama untuk naik podium utama MotoGP.
Terlebih lagi, Marquez juga menorehkan sejarah sebagai pebalap termuda yang memenangi sebuah seri kelas premier. Pada usia 20 tahun 35 hari, pebalap Spanyol ini mampu melibas para rival dan favorit juara dunia, yang juga seniornya, seperti Jorge Lorenzo dan Dani Pedrosa, termasuk Rossi, idolanya.
Padahal, enam belas tahun silam, ketika Rossi memulai debutnya di arena balap motor, Marquez baru tiga tahun mengenal dunia alias baru berusia sekitar tiga tahun. Ketika itu, Rossi bertarung di kelas paling kecil, 125 cc, bersama tim Aprilia.
Dua tahun di sana (125 cc), Rossi pindah ke kelas 250 cc dan menjadi juara pada tahun 1999, sebelum beralih ke kelas paling bergengsi, 500 cc, pada tahun 2000. Setelah beradaptasi satu musim, Rossi pun menjelma menjadi raja kelas 500 cc dengan menjadi juara pada tahun 2001, yang menjadi era terakhir kelas itu, sebelum berganti nama menjadi MotoGP.
Mulai tahun pertama MotoGP, pebalap Italia kelahiran 16 Februari 1979 ini tak terkalahkan. Rossi menjadi juara sejak 2002 hingga 2005, sebelum "terpeleset" dalam dua musim berikutnya karena hanya mampu menjadi runner-up dan berada di peringkat ketiga.
Pada 2008, ketika Rossi kembali memperlihatkan hegemoninya di kelas premier dengan merengkuh gelar keenamnya, giliran Marquez yang melakukan debutnya di arena balap motor, tepatnya pada 13 April 2008 saat dia berusia 15 tahun 56 hari, di GP Portugal. Prestasi Marquez pada dua tahun pertama tak menarik perhatian karena dia hanya menempati posisi ke-13 dan ke-8, sedangkan Rossi berhasil menambah satu gelar lagi pada 2009.
Setahun berselang, saat Rossi gagal mempertahankan gelar juara dunia karena ditaklukkan rekan setimnya di Yamaha, Jorge Lorenzo; Marquez justru mulai menyita perhatian dengan menjuarai kelas terkecil itu, dan memutuskan untuk naik ke kelas Moto2. Dalam debutnya di kelas baru tersebut, Marquez, yang tanggal kelahirannya satu hari setelah Rossi, mengundang decak kagum karena dia menjadi pesaing berat untuk menjadi juara dunia.
Sayang, kecelakaan saat GP Malaysia mengubur impiannya untuk merengkuh gelar tersebut pada musim perdananya. Meskipun digadang-gadang akan segera pindah ke MotoGP, Marquez memutuskan untuk bertahan di Moto2, hingga akhirnya sukses mengemban misi menjadi juara pada 2012.
Ketika nama Marquez sedang berkibar, Rossi justru tenggelam. Performanya yang buruk bersama Ducati selama musim 2011 dan 2012 membuat Rossi nyaris terlupakan sehingga muncul kabar pebalap Italia tersebut akan segera meninggalkan MotoGP dan beralih ke Superbike ataupun olahraga roda empat.
Mendengar rumor tersebut, Marquez berusaha mencegah karena dia ingin bertemu dan bertarung dengan sang idola di trek MotoGP. "Saya berharap Rossi tak pensiun sebelum saya pindah ke MotoGP. Dia salah satu pebalap terbesar yang pernah ada, dan saya ingin berlomba dengannya," ujar Marquez ketika itu.
Memang, Marquez sangat mengidolakan Rossi. Tak heran bila dia memiliki beberapa miniatur motor Rossi, yang disimpan di kamar tidurnya. Lebih dari itu, Marquez ingin belajar sekaligus bertarung dengan pahlawannya.
Pucuk dicinta ulam tiba. Pada 2013, ketika Marquez naik ke MotoGP untuk bergabung dengan tim Repsol Honda, Rossi pun membuat keputusan besar dengan meninggalkan Ducati untuk kembali menunggang YZR-M1, yang kompetitif. Dengan demikian, mereka punya kesempatan untuk bertarung karena sama-sama berada di tim yang tangguh.
Duel pertama terjadi saat uji coba resmi pra-musim di Sirkuit Sepang, Malaysia. Waktu itu, Rossi tak sungkan menularkan ilmunya kepada Marquez, yang mengaku memanfaatkan sedikit kesempatan untuk menimbanya. Rossi pun memberikan pujian setelah melihat performa Marquez.
Nah, pertarungan sesungguhnya terjadi saat seri pembuka di Sirkuit Losail, Qatar, 7 April lalu. Dalam balapan malam hari itu, Lorenzo memang mendominasi balapan dan menjadi juara, tetapi publik disuguhkan tontonan yang menarik nan mendebarkan antara Rossi dan Marquez, yang berakhir dengan kemenangan bagi sang legenda karena finis di posisi kedua (Marquez posisi ketiga).
"Sangat menakjubkan bisa berada di sana, bertarung dengan pahlawan saya. Dia menyalip saya, dan saya membalasnya. Akhirnya dia yang menang, tetapi saya akan belajar dari kesalahan!" ujar Marquez tentang balapan itu.
Pada seri kedua yang berlangsung di trek baru Circuit of the Americas, Texas, Minggu (21/4/2013), Marquez menorehkan tinta emas di dunia MotoGP. Juara dunia Moto2 ini menjadi pebalap termuda yang menjuarai sebuah seri kelas premier, mematahkan rekor Freddie Spencer yang sudah bertahan selama 30 tahun. Dalam balapan itu dia mengalahkan dua kompatriotnya yang juga favorit juara dunia 2013, Pedrosa dan Lorenzo.
Sementara itu, Rossi gagal memperlihatkan performa seperti di Qatar. Start dari posisi kedelapan, juara dunia sembilan kali Grand Prix ini hanya mampu finis di urutan keenam. Akan tetapi, ada hal menarik yang diperlihatkan Rossi. Dia langsung mendekati, mengacungkan jempol, dan memberikan selamat kepada Marquez, yang dengan senang hati menerima uluran tangan idolanya.
Tampaknya, apa yang dilakukan Rossi menjadi sebuah penegasan bahwa apa yang pernah dikatakannya, yaitu Marquez lebih baik dari dirinya, telah menjadi kenyataan. Marquez hanya perlu dua seri untuk naik podium utama MotoGP, bandingkan dengan Moto2, ketika Marquez harus menunggu sampai seri keempat untuk meraih kemenangan pertama.
Meskipun tercatat sebagai pebalap termuda yang memenangi MotoGP, Marquez gagal menyamai rekor Max Biaggi dan Jarno Saarinen, yang langsung menjuarai seri pertama dalam debutnya di kelas 500 cc/MotoGP. Walau demikian, kemenangan di seri kedua ini lebih baik dari pencapaian Lorenzo dan Pedrosa; Lorenzo menang pada seri ketiga di 2008, sementara Pedrosa pada seri keempat di tahun 2006.
Editor :
Palupi Annisa Auliani