Senyum bahagia membingkai wajahnya yang sudah menunjukkan kematangan usia. Bulir air mata meleleh di masing-masing matanya. Wanita yang mendapat julukan "Ibu Keroncong" ini sangat bahagia. Ia bahagia, karena sekali lagi, karier dan karyanya mendapat apresiasi.
Waljinah, ialah wanita yang baru saja mendapat penghargaan Lifetime Achievement dari Anugerah Musik Indonesia (AMI) 2013. Waljinah mendapat penghargaan atas baktinya pada musik keroncong dan langgam Jawa. Sudah 53 tahun ia mengabdi pada musik tradisional yang menjadi salah satu ciri khas bangsa Indonesia.
"Aku rasanya ingin menangis. Bahagia sekali, di umurku yang sudah setua ini masih ada orang yang memberi penghargaan. Semoga saja penghargaan yang aku terima ini bisa memberi inspirasi bagi banyak orang," ungkap Waljinah saat ditemui usai menerima penghargaan di AMI Awards 2013 di Studio 8 RCTI, pekan lalu.
Berkiprah di musik keroncong dan langgam Jawa selama berpuluh-puluh tahun, bagi Waljinah sangatlah indah. Hanya dengan menyanyikan lagu-lagu tradisi khas Jawa saja, ia sudah bisa mengelilingi dunia. Beberapa kali ia mendapat tawaran untuk bernyanyi di luar negeri. Sebut saja di negara Malaysia, Singapura, Jepang, Selandia Baru, Belanda, hingga Yunani. Bagi Waljinah, predikat penyanyi go international bukan sesuatu yang baru. Hebatnya lagi, Waljinah pun pernah membuat rekaman musik keroncong yang diaransemen kembali di Jepang dan Tokyo.
Berkaca pada kesuksesan Waljinah untuk go international, ia pun berpesan agar generasi muda mau mengikuti jejaknya. Waljinah sadar, saat ini banyak sekali penyanyi muda Indonesia yang mati-matian berusaha agar bisa melaju dan berkarier di dunia internasional. Bahkan ada yang bersedia menciptakan dan menyanyikan lagu bahasa Inggris agar bisa diterima oleh orang asing. Bagi Waljinah, usaha itu sangat disayangkan. Sebab, orang asing justru semakin menghargai penyanyi Indonesia bila mereka tetap konsisten pada budaya dan tradisi.
"Sebenarnya gampang kalau mau go international. Jadi penyanyi keroncong atau langgam Jawa saja. Aku yakin di luar sana penyanyi seperti aku ini jarang. Makanya, setiap kali mendapat tawaran bernyanyi di luar negeri, penontonku pasti banyak," kata wanita kelahiran Solo 7 November 1946 ini.
Ditambahkan Waljinah, menjadi penyanyi keroncong atau langgam Jawa memang tidak mudah. Dibutuhkan tekad, keberanian, dan kesabaran agar bisa bertahan. Sebab, penyanyi keroncong bukan seperti penyanyi pop, rock, atau jazz. Penyanyi keroncong harus menguasai teknik-teknik bernyanyi yang sulit, lengkap dengan notasi tinggi, rendah, pelan, kencang, dan masih banyak yang lainnya. Namun, di balik kesulitan-kesulitan itu, ketika menjadi penyanyi keroncong atau langgam Jawa, menurut Waljinah, seseorang akan merasakan kebanggaan yang luar biasa. Bangga bisa menyanyikan musik keroncong serta bangga menjadi orang yang mau melestarikan budaya khas Indonesia.
Ratu Keroncong
Kiprah Waljinah di dunia musik keroncong dan langgam Jawa juga dimulai sejak ia masih muda. Tepatnya ketika ia menginjak usia 12 tahun, Waljinah pun jatuh cinta pada keroncong. Waljinah kecil saat itu mengikuti lomba Ratu Kembang Katjang yang diadakan RRI Solo pada tahun 1968. Saat itu, Waljinah yang berasal dari keluarga tidak mampu itu berhasil menjadi juara kedua. Lucunya, karena ia masih terlalu kecil maka ketika bernyanyi Waljinah menggunakan “dingklik” alias kursi kecil untuk menopang tubuhnya. "Dingklik" digunakan agar mulutnya sampai ke mikropon.
Usai mengikuti lomba ini, perlahan tapi pasti, karier Waljinah terus meningkat. Ia mendapat undangan untuk menyanyikan lagu keroncong di luar negeri. Tidak hanya undangan bernyanyi, untuk urusan album Waljinah pun tak terkalahkan. Berdasarkan catatan ISI Solo, terdapat 34 album piringan hitam, 176 album kaset, dan total lagu sebanyak 1.766 buah.
Dari 1.766 buah lagu, ada dua lagu yang paling melekat di diri Waljinah. lagu itu berjudul "Walang Kekek" dan "Jangkrik Genggong". Selain dua lagu tersebut, Waljinah juga seringkali membawakan lagu-lagu karya Gesang, Andjar Any, dan Ismail Marzuki. Berkat kesetiannya menyanyikan lagu keroncong ia pun menerima anugerah seni dari yayasan musik Hanjaringrat di Solo.
Sebagai bukti kecintaan Waljinah pada keroncong, wanita yang sudah berusia paruh baya ini juga mendedikasikan hidupnya untuk mengajar. Ia menjadikan garasi rumahnya sebagai tempat pendidikan muda-mudi yang ingin belajar menyanyi keroncong atau langgam Jawa. Hebatnya lagi, Waljinah tidak memungut bayaran kepada siapa saja yang mau belajar lagu keroncong dan langgam Jawa.
"Ada yang mau belajar saja aku sudah bersyukur. Aku berharap murid yang masih 25 orang ini akan terus bertambah. Jadi ke depannya, Indonesia tetap bisa memiliki penyanyi keroncong. Dan lagu keroncong atau langgam Jawa tidak akan punah," harap Waljinah.